Kamis, 30 September 2010

CC

Entah sejak kapan, saya sendiri baru menyaksikannya dalam 3 hari ini. Telepon kantor saya terus-terusan menerima telepon yang sama untuk orang yang sama. Yang dicari adalah salah satu pimpinan menengah dan yang menelepon adalah pihak debt collector salah satu bank swasta. Awalnya operator di kantor masih mau nyambungin telepon si debt collector ke si bapak ituh, tapi terus si bapa dengan liciknya memutuskan line telepon di ruangannya secara permanen sehingga tidak ada lagi telepon yang bisa dia terima. Tidak hanya itu, dia melarang operator mengangkat telepon dari si debt collector. Sedangkan kantor kami adalah kantor pelayanan, telepon pasti berdering terus tanpa kami tahu yang mana si debt collector yang mana costumer. Dasar bapak yang aneh.

Begitulah, setiap satu detik sesudah telepon ditutup telepon pun kembali berdering. Kalau kami jawab baik-baik dan jujur, si debt collector tidak percaya, mengata-ngatai dan menuduh macam-macam. Sang operator sampai jengah, enggan menerima telepon  lagi. Tapi konflik batin juga, karena yang menelpon belum tentu si penagih itu. Akhirnya siapapun yang dateng ke ruangannya dia minta mengangkat telepon sampe akhirnya satu kantor pernah kena semprot si mba./mas penagih itu.
Kalau pelayanan kantor kami tidak memuaskan akan banyak orang yang menulis surat di media-media lokal/nasional (seperti biasanya) dan tuduhan tentang buruknya layanan publik pun bertubi-tubi jatuh pada kami sepetinya tak ada satu pun kebaikan yang kami punya. Lalu kalau layanan publik ini terganggu oleh debt collector yang membawa urusan pribadi ke kantor apa itu fair? Kadang sebel juga sama bank-bank itu, mereka secara obral menawarkan dan merayu-rayu orang untuk buat kartu kredit sampai kadang sangat mengganggu, giliran ada masalah bikin ulah-ulah yang annoyying banyak pihak juga, Mau lu apa???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar